23 Juli 2009

Masih Banyak Orang Baik di Jakarta!

Seorang perempuan berdiri di pinggir jalan.
Mengeluarkan dongkrak dari dalam mobil.
Tapi...
Tampak kebingungan.
Oh, ban mobilnya bocor.
Kebingungan dengan sangat.
Tampaknya diriinya tak mengerti cara mengganti ban mobil.
Wajar. Dia perempuan.
Di tengah lalu lintas yang cukup ramai karena jam pulang kantor.
Beberapa menit berlalu, huj
an pun mulai turun.
Raut mukanya tampak membutuhkan bantuan.
Jalanan cukup ramai.
Tak lama, seorang pengendara motor melawan arus.
Ah, dia berhenti tepat di samping mobil sang gadis.
Sebentar berbincang, tak lama bekerja.
Menggantikan ban mobil sang gadis.


Di Jakarta, masih ada orang baik!
Bagi gw, itulah definisi dari segmen Terima Kasih program Selamat Pagi Trans 7.
Untuk membuktikan bahwa di Jakarta masih banyak orang baik!
Walaupun jika harus diungkap dengan kata,
segmen ini mungkin bisa dideskripsikan dengan
satu acara reality show yang ingin menyajikan kebaikan dan rasa toleransi orang lain terhadap yang membutuhkan tanpa pamrih (ini versi gw loh).

Sudah beberapa kali liputan Terima Kasih tayang di Selamat Pagi.
Bagi saya, sebagai bagian dari tim liputan, segmen ini selalu sukses.
Sukses membesarkan jiwa dan melapangkan hati
Sukses karena tanpa rekayasa.
Dan pembuktian, masih banyak orang baik di Jakarta.

Mulai dari episode perempuan yang tidak bisa mengganti ban padahal bannya bocor.
Keterkejutan si penolong saat kami menyergap untuk wawancara benar benar menjadi kado sukses bagi tim liputan, dan saya yakin bagi pemirsa.
Episode lainnya yang tidak kalah seru saat seorang tukang koran yang terjatuh saat keluar dari menjajakan korannya di bis.
Ketika sang tukang koran jatuh, ternyata ada seorang perempuan yang kebetulan mau naik di pintu yang sama.
Secara tidak terlalu mengejutkan, sang perempuan cuek dan langsung ngacir naek ke dalam bis.
Untungnya, di percobaan sebelumnya, kami sudah menemukan seorang pelajar SMP yang mau membantunya saat terjatuh di lampu merah. Masih ada orang baik di Jakarta, meski usia dan taraf pendidikan mungkin lebih rendah.

Mencari tempat syuting seringkali menjadi kendala saat kita ingin eksekusi kasus.
Yang harus diperhatikan adalah, frekuensi orang lalu lalang, tempat yang agak luas untuk parkir dan blokingan untuk si korban.
Episode yang cukup lama mencari tempat adalah pengendara motor yang terjatuh.
Kami menyewa seorang tukang ojek yang mau jatuh dari motor (untungnya tidak terluka).
Meskipun mencari tempat menghabiskan waktu cukup lama, akhirnya kami syuting tidak terlalu jauh. Di terusan Casablanca, dekat kuburan Menteng Pulo.
Ketika eksekusi dan si pengendara motor terjatuh,
saya sempat berbesar hati. Wah, masih banyak yang mau menolong.
Tapi...
Satu persatu mulai meninggalkan lokasi.
Tidak hanya pergi, merekapun dengan mudahnya sempat melemparkan beberapa nasihat ke bapak yang sedang jatuh.
"Laen kali jangan ngantuk pak kalo bawa motor."
"Masih untung nggak apa apa pak, kalo celaka gimana?."
Hey, this man needs help, and that's the best thing you can do??
Sampai akhirnya ada dua lelaki muda yang tidak beranjak dari tempat kejadian.
Mereka menuju Tebet.
Salah satu dari mereka malah berinisiatif mengantar si bapak pulang.
Padahal rumah si pengendara motor ini di Tanjung Barat, arah Lenteng Agung.
Bisa kebayang jauhnya??
MASIH BANYAK ORANG BAIK DI JAKARTA!
Itu yang saya yakini, itu yang saya saksikan, itu yang saya alami.

Satu lagi episode yang cukup menghangatkan hati.
Seorang pemuda datang dari daerah ingin wawancara kerja di satu gedung, sayang, sepatu yang disiapkan untuk wawancara ternyata basah.
Jadi, si pemuda ini harus meminjam sepatu kepada orang yang lewat di pinggir jalan.
Menurut saya, ide ini agak mengada ada.
"Mana ada yang mau minjemin?" pikir saya.
Sayapun sudah berisap untuk syuting dengan waktu yang agak lama, bersiap jika tidak ada yang meu membantu meminjamkan sepatunya.
Dugaan saya SALAH!
Setelah beberapa kali penolakan, pemuda ini berhasil menemukan seorang laki laki muda yang mau memminjamkan sepatunya, sedangkan yang meminjamkan menunggu dengan nyeker di satu halte bis, tanpa ada jaminan bahwa sepatunya akan kembali.
Jangan dilupakan bahwa yang meminjamkan harus merelakan waktunya terbuang menunggu si pemuda wawancara kerja yang seringkali waktunya tidak dapat dipastikan.
Begitu ikhlasnyakah yang meminjamkan sepatu ini?
Iya.
Saat saya wawancara betapa tidak takutnya dia, sepatunya akan hilang...
Jawabannya hanya, "Jangankan sepatu, kalo Allah mau mengambil nyawa ini sekarang, saya juga ikhlas. Inikan punya Dia."
Tidak hanya satu, seorang bapak yang datang dari bukan kelas yang mampupun rela meminjamkan sepatunya kepada si pemuda untuk wawancara.
Hebatnya, bapak yang kedua ini langsung setuju meminjamkan tanpa basa basi.

Menonton tayangan Terima Kasih Selamat Pagi memang menghangatkan hati dan membuat kita yakin bahwa masih ada orang baik di sekitar kita, dan kita bisa menjadi orang baik itu.
Tetapi, mengerjakan proyek Terima Kasih ini justru membuat saya merasa beruntung.
Beruntung dapat mengalami, melihat, menyaksikan langsung berbagai keajaiban kebaikan terjadi.
Membesarkan Jiwa, Melapangkan Hati.

Jadi, siapa bilang warga Jakarta individualistis?



FRD (Reporter Selamat Pagi)

7 komentar:

ricosaha mengatakan...

memangnya pada segmen orang baik di jakarta memang ga di rekayasa kan?gak seperti realityshow2 pada umumnya yang merekayasa baik semua maupun sebagian kejadian di dalamnya.
saya sangat suka pada segmen ini.ternyata masih banyak orang baik di tengah kota besar.
ga seperti yang kita bayangkan selama ini...

oh iy,selamat pagi bisa lihat pstingan di blog saya...!!
saya post tentang seorang artis yang mempunyai kemiripan dengan sketsa pelaku bom kuningan.
lihat aja di www.duojuta.blogspot.com
kalo bisa ditayangin yah di selamat pagi.
jangan lupa kasih koment..
key...
makasih selamat pagi..
semoga makinjaya ..

bintang pagi mengatakan...

membaca postingannya saja sudah membuat hati saya menjadi hangat. Dan semoga segmen Terima Kasih ini tidak berubah menjadi kebanyakan reality show yang penuh rekayasa. Tetap sukses.!!

Unknown mengatakan...

setiap orang mempunyai kesempatan ke 2 ke 3 ke 4 dan seterusnya
baik dan jahat hanyalah peribahasa yag di pakai orang untuk mendefinisikan sesuatu jangan terjebak kata2 itu

lanny's blog mengatakan...

mau comment tentang reporternya n acaranya aghhhh....
bagus sih acaranya, buat orang yg baik, bersyukurlah....
tp kl buat yg ....... gitu deh, kasian aja, cepetlah berubah....
trus untuk reporter yg ada di foto itu lho, itu reporter yg paling saya suka.dia sih ga ganteng2 amat, tp cara dia ngomong n ngeliput bagus bgt, bkn saya aja lho, tp temen2 saya yg lain jg gitu. kl semua reporter bisa kyk dia, saya yakin pasti trans 7 bisa lbh bnyak peminat.

Arsyil Hendra Saputra mengatakan...

Kalau sy malah melihat dari segi lain.
Sy rasa tayangan2 reality show tv swasta nasional berpusat di Jakarta dan sekitarnya saja.
Indonesia kan gak cuma Jawa saja bukan?
Sy sebagai org kalimantan brharap wilayah2 luar jawa juga terkadang lah disiarkan. Bukan cuma utk acara dokumenter ttg alam sj.
Salam dari anak Pangkalanbun, Kalimantan Tengah.

frdardn mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

To ricosaha : Selama segmen Terima Kasih tayang, kita tidak pernah melakukan rekayasa. Reaksi spontan dari warga yang kita temui di jalan itulah yang akhirnya ingin kita hadirkan ke pemirsa. Alhamdulillah, reaksinya selalu bagus.

To bintangpagi : Terima kasih bintang buat supportnya!

To undanganunik: Sip! Terima kasih juga buat masukannya

To lanny's blog :Hahaha... Wah, GR nih. Emang gak ganteng2 amat sih, kalo ganteng mah mungkin saya jadi artis aja. Hehe. Thanks y!

To Arsyil : Iya nih, saya juga udah memberikan masukan untuk bikin Terima Kasih di luar pulau Jawa. hehe. Tapi kita sering juga kok keliling ke kota lain selain yang ada di pulau Jawa. Waktu itu, saya pernah liputan ke Medan, Makassar, Batam. Tuh, foto saya aja yang ada di Medan. hihi!

=Farid M=